RETTA DAN IVAN : PERKENALKAN BATIK DENIM MELALUI LABEL LAZULI SARAE

By 9:48 PM




Berawal memenangi suatu kompetisi, duo sahabat Maretta Astri Nirmanda dan Ivan Kurniawan akhirnya menekuni bisnis batik denim. Mengusung bendera Lazuli Sarae, mereka sukses memberikan inovasi dan terobosan pada pasar batik denim. Kini, produknya tak hanya laku di pasar lokal, namun sudah mulai merambah hingga ke mancanegara.

Awal terjun berbisnis batik bermula ketika Ivan membaca informasi ada kompetisi yang dibuat oleh Kementrian Perdagangan tentang Lomba Rencana Bisnis Kreatif 2010. Ia pun tertarik, lalu mengajak Retta untuk ikut lomba tersebut. Retta pun menyanggupi. Setelah diskusi Retta lalu mengusulkan untuk menggunakan tugas akhir rekan kampusnya yang bernama Gilang yang kemudian disepakati menjadi dasar ide bisnis mereka. Rencana bisnis yang mereka ajukan saat itu berjudul ?Eksplorasi Reka Batik Pada Material Denim?. Beruntung, mereka berhasil menang menjadi juara 2 dan mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 10 juta.

Setelah berhasil memenangi kompetisi itu, mereka tidak ingin hanya sekedar teori saja tapi langsung mengaplikasikannya dalam bentuk bisnis yang nyata. Ternyata, untuk mewujudkannya tidak mudah. Mereka sempat melakukan riset produk yang cukup memakan waktu dan juga biaya. Apalagi saat tes pasar, awalnya tidak ada yang membeli. Lalu untuk memudahkan semuanya, mereka sepakat mendirikan CV Lazuli Sarae dengan tambahan modal. Ivan mengingat, waktu itu modal awal yang dikeluarkan untuk biaya riset sampai dengan produksi menghabiskan sekitar Rp 60 jutaan. Itu pun juga tidak berasal dari kantong mereka pribadi tapi juga sempat mengajak teman-teman yg lain untuk ikut berinvestasi. Tak hanya modal yang menjadi permasalahan, tapi juga soal pengalaman untuk berbisnis karena tak satu pun dari mereka yang mempunyai backgroundbisnis. Retta adalah lulusan Kriya Tekstil ITB sedangkan Ivan sendiri mengambil jurusan Tehnik Informatika. Namun semuanya menjadi pengalaman berharga bagi keduanya. Proses trial & errorterus mereka lakukan agar bisa menjadi evaluasi. Menurut mereka, saat itu adalah masa-masa yang penuh tantangan.




Di antara tantangan yang mereka hadapi, antara lain banyak vendor yang tidak mau menerima pembuatan sample. Padahal, mereka berani membayar lebih tinggi. Mereka pun terus melakukan promosi. Saat promosi menggunakan jejaring sosial, mereka mengajak teman-teman sendiri sebagai model, bahkan tak jarang mereka pun juga ikut menjadi modelnya. Saat mengikuti bazar, ternyata produk mereka juga tidak banyak yang laku. Strategi bisnis yang mereka lakukan saat itu memang masih banyak yang perlu dievaluasi. Kala itu, semua bazar yang mereka ikuti tidak dipilah terlebih dahulu, bentuk kartu nama juga kurang menarik, display untuk bazar pun masih meminjam. Selain itu, saat produksi mereka mengandalkan personal order yang terbilang lama, bisa sampai sebulan selesainya.

Meski menyadari apa yang mereka lakukan banyak yang salah, tapi semuanya menjadi lesson learned bagi mereka. Semua pengalaman itu membuat mereka berbenah. Untungnya saat itu mereka juga ikut gerakan wirausaha nasional. Mereka pun memanfatkan mentoringdari para ahli yang ada di situ. Setelah itu mereka serius membuat katalog produk dan clothing line dengan bendera Lazuli Sarae serta mendirikan CV Sarae di tahun 2011. Mereka sepakat menggunakan brand Lazuli Sarae. Lazuli diambil dari kata lazhward, bahasa Persia yang artinya biru. Sementara saraedalam bahasa Sunda tempat mereka berasal yang artinya adalah bagus. Ketika digabungkan, nama itu pun bisa diterima universal karena tujuan mereka memang ingin go international. Namun, untuk mengawalinya mereka hanya ingin bisa diterima di pasar global dulu, sekaligus ingin mempopulerkan batik dengan denim di kalangan anak muda.

Setelah melihat perkembangannya semakin baik, Ivan pun memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan mulai makin serius menekuni bisnis ini. Ia berniat untuk fokus menjalankan Lazuli Sarae secara total, tidak hanya sebagai part time saat weekendsaja. Demikian juga pada Retta. Sejak awal melihat perkembangan bisnis ini, ia juga ingin fokus menjalankan Lazuli Sarae. Namun sayangnya saat itu ia masih terikat proyek dengan kantornya. Jadi pada waktu itu ia masih harus bekerja dan berbisnis dalam waktu bersamaan dan harus merelakan bolak-balik Jakarta-Bandung setiap minggu. Tentu saja semua pikiran, waktu dan tenaga pun habis terkuras. Retta yang pada akhirnya juga ikut resign dari kantornya pun menceritakan, keputusan untuk keluar dari pekerjaannya juga cukup berat karena ia harus bisa meyakinkan kedua orang tuanya bahwa pilihannya untuk membesarkan Lazuli Sarae adalah tepat.




Ivan pun juga mengalami masalah yang sama. Awalnya kedua orangtuanya juga kurang mendukung dengan keputsannya untuk resign. Ia sadar, setiap orangtua tentu ingin anaknya bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus. Akan tetapi, dengan seringnya mengajak komunikasi dan juga setelah mereka melihat sendiri kerja keras Ivan dan hasilnya, orangtuanya pun mendukung. Bahkan saat ini dukungan mereka sudah 100 %, termasuk mau ikut mempromosikan Lazuli Sarae ke semua orang. Baik Ivan maupun Retta, sama-sama bersyukur, semua yang mereka lakukan tidak sia-sia. Seiring dengan waktu, mereka pun semakin merasakan kemajuan yang cukup berarti. Mereka berhasil menunjukkan pada orangtua bahwa dengan berwirausaha mereka pun bisa maju. Meskipun banyak yang mengatakan bahwa tidak mudah membangun usaha, tapi dengan tekad yang kuat, akhirnya semuanya bisa mereka lakukan.

Pada bulan April 2011, Lazuli Sarae mendapatkan undangan dari Departemen Perdagangan untuk ikut dalam pameran Inacraft 2011. Mereka tidak menyangka pameran ini punya andil besar karena bisa membuat mereka mampu membaca keinginan pasar. Ternyata segmen Lazuli Sarae untuk anak muda dengan harga yang cukup mahal memang bisa dilirik oleh pasar. Dari Inacraft pula, akhirnya mereka semakin termotivasi dan semangat untuk terus memberikan inovasi. Apalagi produk mereka juga sangat laku. Dalam lima hari mengikuti pameran, omzetnya bisa mencapai Rp 20 juta. Itu merupakan pengalaman yang tidak terlupakan.

Dalam industri kreatif inovasi memang harus terus dilakukan. Sejak awal target Lazuli Sarae memang untuk segmen muda dan menengah ke atas. Namun setelah semakin luas membaca pasar, ada beberapa permintaan datang untuk produk Lazuli Sarae dengan harga yang lebih murah. Dari permintaan tersebut, hadirlah Biondy by Sarae. Dan ternyata produk dengan konsep yang lebih sederhana dan lebih terjangkau harganya ini, juga mulai diminati. Selain itu, maraknya tren busana muslim juga menjadi peluang tersendiri. Mereka pun tidak ingin ketinggalan momen tersebut. Sejak 2013 lalu, hadir juga koleksi busana muslim dari Lazuli Sarae. Inovasi lain yang mereka lakukan juga adalah dengan mendiversifikasi produk. Bila dulu hanya ada atasan pria dan wanita, sekarang variasinya mulai dari kemeja, dress, blazer, jaket, dan celana pendek. Tas dan juga aksesori pun juga sudah mulai dibuat yang ternyata juga direspons baik oleh pelanggan.




Adapun yang menjadi kelebihan Lazuli Sarae adalah, produk yang dibuat memiliki nilai-nilai filosofi dalam seluruh rancangan desain. Jadi, konsepnya komprehensif. Mulai dari pemilihan bahan dan material sampai motif batik juga mereka kreasikan sendiri hingga menjadi benar-benar ciri khas Lazuli Sarae, yakni batik on denim yang berkualitas. Beberapa motif batik seperti parang juga ikut dikreasikan. Maka mereka menjamin bahwa produk yang mereka hasilkan tidak asal jadi. Kelebihan lain, selain dari produk yang dihasilkan, mereka juga memiliki beberapa kampanye yang sering dilakukan di media sosial. Mereka terus mensosialisasikan batik kepada generasi muda. Seperti tagline Lazuli Sarae, local value modern spirit, yang artinya nilai kearifan lokal yang dimiliki batik lewat denim yang akrab dengan anak muda bisa menjadi semangat baru untuk para generasi muda.
Untuk pembagian tugas, mereka bagi sesuai dengan keahlian dan kemampuan masing-masing sehingga semuanya jadi maksimal. Ivan mengurusi bagian eksternal mulai dari marketing, sales, dan administrasi termasuk konten-konten yang ada di website dan sosial media. Sementara Retta yang kebetulan lulusan Kriya Tekstil, sibuk di bagian internal yang mengurusi bidang kreatif, desain sampai produksi. Tapi itu bukan menjadi patokan karena mereka juga saling membantu dan menyemangati satu sama lain.

Setelah memulai promosi dalam ranah online, seperti website dan media sosial, serta mengikuti berbagai pameran, dari situlah mereka bertemu dengan calon-calon customer dan juga para mitra yang kemudian menjadi resellerataupun jalan buat mereka untuk masuk ke consignment store. Saat ini consignment store yang menjadi channel penjualan Lazuli Sarae adalah Alun-Alun Indonesia, Pendopo Rumah Batik & Kerajinan di Living World Alam Sutera, Sarinah Thamrin dan Pejaten Village. Sedangkan untuk onlinejuga bisa didapatkan di Zalora, Rakuten dan Hijup.com.


Lewat Lazuli Sarae pulalah mereka berhasil memenangkan 3rd Place Honda Youth Startup Icon, Winner Shell LiveWIRE Business Startup Award, 100 Youth Women Netizen Berpengaruh di Indonesia versi majalah Marketers, Wanita Wirasuaha Femina, Mandiri Most Potential Entrepreneur dan Outstanding Designer at Indonesia Creative Week.

Rencana ke depannya mereka akan terus mengembangkan dan membuat inovasi pada produk yang telah mereka hasilkan ini. Selain itu, mereka juga ingin memperluas channel penjualan, tidak hanya lokal, regional, tapi akan mengusahakan juga agar bisa diterima di pasar Internasional. Seperti motto yang terus menyemangati mereka dalam berbisnis yaitu In business and life, chalenges and obstacles will never end, keep on trying, praying and believing that there is always ways to solve that. Jadi, apa pun nanti tantangan dan hambatan yang akan datang, mereka tidak akan pernah berhenti mencoba, berdoa dan meyakini bahwa suatu saat nanti semuanya pasti akan terjadi. Intinya, mereka ingin terus fokus dan mengembangkan Lazuli Sarae, semoga semua cita-cita goes global bisa tercapai.





contact us:
E-mail : info@lazulisarae.com
Phone : +628122030607
Twitter : @lazulisarae


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/11/retta-dan-ivan-perkenalkan-batik-denim.html


Related Post



0 comments

Gallery